Tepat masih duduk di bangku SMA di benak saya kuliah itu mirip seperti cerita FTV yang selalu tayang di stasiun televisi swasta, yang dimana mahasiswa itu kerjaannya hanya datang ke kampus, kuliah, pacaran, dan nongkrong di kantin. Stigma itu terbentuk karena ketidak tahuan saya tentang dunia perkuliahan itu seperti apa. dan pada bulan mei 2014 saya lulus dari bangku SMA dan mulai menentukan akan kuliah di jurusan apa, dan kuliah di kampus mana. Seiring berjalannya waktu dan meminta masukan dari berbagai pihakk, sayapun menentukan untuk kuliah di jurusan farmasi di salah satu perguruan tinggi negeri di daerah saya.
Masih jelas di ingatan derap langkah kesombongan saya saat melangkah menuju kelas pertama saya di bangku perkuliahan. Jelas saja, karena dalam benak saya kuliah adalah ajang untuk pacaran dan hura-hura di masa muda. begitulah kira-kira pemikiran bodoh saya yang minimnya ilmu.
Seiring berjalannya waktu ternyata kuliah itu tidak seperti manisnya fillm FTV yang saya lihat, mullai dari dosen yang suka majuin jam kuliah seenaknya dia, tugas yang tak kenal waktu, praktikum yang tak mengenal malam dan tak mengenal tanggal merah, berantem sama pacar. semua itu gak enak.
Terlepas dari itu semua, tampaknya semua mahasiswa bercita-cita untuk lulus tepat waktu, bahkan ada beberapa yang berambisi untuk keluar dari kampus lebih awal.
Hingga tiba pada momok menakutkan yakni skripsi. tapi banyak juga yang memilih untuk angkat kopor lebih dulu karena tidak sanggup agi menghadapi banyak praktikum...
sayapun hampir menjadi salah satu dari mereka.
Tampaknya banyak mahasiswa yang tertunda karena malas ngerjain skripsi. sayapun demikian, pemikiran saya tersebbut berubah karena kesadaran saya tentang pertanggung jawaban ilmu yang saya dapat ketika nanti sudah bergelar sarjana, apakah mampu saya pertanggung jawabkkan atau tidak.
Kala waktu sedang nongkrong di depan ruang dosen sembari menunggu giliran untuk bimbingan, saya melihat banyak jenis mahasiswa tua, dari yang berambut gondrong, yang kumisnya tebal, lipstiknya tebal, jenggonya tebal, bahkan sampai lemaknya tebal, semua duduk dengan sabar sambil menunggu giliran untuk bimbingan.
Mahasiswa tua itu sejatinya punya cita-cita yang mulia. Dari mellihat orang tua bahagia yang melihat anaknya menyelesaikan studinya, bahkan ada yang bercita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang di alinea ke-4 undang-undang dasar 45.
Terlepas dari itu semua, saya merasa menjadi mahasiswa tua bukanlah sebuah aib atau hal yang berdosa. Saya pikir saya akan lebih berdosa jika setelah lulus nanti saya tidak bisa bertanggung jawab dengan ilmu yang saya miliki, atau saya akan lebih berdosa jika nanti setelah wisuda saya tidak tahu apa-apa.
Akhir kata, nikmatilah saja waktu kuliahmu, toh manusia punya dosa dan penyakitnya masing-masing. tapi ingat waktu terus berjalan dan sejarah terus mencatat.
Semoga skripsi saya cepat selesai...
Masih jelas di ingatan derap langkah kesombongan saya saat melangkah menuju kelas pertama saya di bangku perkuliahan. Jelas saja, karena dalam benak saya kuliah adalah ajang untuk pacaran dan hura-hura di masa muda. begitulah kira-kira pemikiran bodoh saya yang minimnya ilmu.
Seiring berjalannya waktu ternyata kuliah itu tidak seperti manisnya fillm FTV yang saya lihat, mullai dari dosen yang suka majuin jam kuliah seenaknya dia, tugas yang tak kenal waktu, praktikum yang tak mengenal malam dan tak mengenal tanggal merah, berantem sama pacar. semua itu gak enak.
Terlepas dari itu semua, tampaknya semua mahasiswa bercita-cita untuk lulus tepat waktu, bahkan ada beberapa yang berambisi untuk keluar dari kampus lebih awal.
Hingga tiba pada momok menakutkan yakni skripsi. tapi banyak juga yang memilih untuk angkat kopor lebih dulu karena tidak sanggup agi menghadapi banyak praktikum...
sayapun hampir menjadi salah satu dari mereka.
Tampaknya banyak mahasiswa yang tertunda karena malas ngerjain skripsi. sayapun demikian, pemikiran saya tersebbut berubah karena kesadaran saya tentang pertanggung jawaban ilmu yang saya dapat ketika nanti sudah bergelar sarjana, apakah mampu saya pertanggung jawabkkan atau tidak.
Kala waktu sedang nongkrong di depan ruang dosen sembari menunggu giliran untuk bimbingan, saya melihat banyak jenis mahasiswa tua, dari yang berambut gondrong, yang kumisnya tebal, lipstiknya tebal, jenggonya tebal, bahkan sampai lemaknya tebal, semua duduk dengan sabar sambil menunggu giliran untuk bimbingan.
Mahasiswa tua itu sejatinya punya cita-cita yang mulia. Dari mellihat orang tua bahagia yang melihat anaknya menyelesaikan studinya, bahkan ada yang bercita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang di alinea ke-4 undang-undang dasar 45.
Terlepas dari itu semua, saya merasa menjadi mahasiswa tua bukanlah sebuah aib atau hal yang berdosa. Saya pikir saya akan lebih berdosa jika setelah lulus nanti saya tidak bisa bertanggung jawab dengan ilmu yang saya miliki, atau saya akan lebih berdosa jika nanti setelah wisuda saya tidak tahu apa-apa.
Akhir kata, nikmatilah saja waktu kuliahmu, toh manusia punya dosa dan penyakitnya masing-masing. tapi ingat waktu terus berjalan dan sejarah terus mencatat.
Semoga skripsi saya cepat selesai...
Komentar
Posting Komentar